Tanpa pikir panjang, aku menyatakan siap. Dengan memanfaatkan jasa
kereta cepat Argolawu jurusan KotaX-Jakarta, aku bisa melesat ke Stasiun
Gambir Jakarta. Seperti yang dia pesan, aku diminta menunggu di peron
Stasiun. Cukup lama, aku menunggu sendiri di peron, hampir satu jam
hanya duduk memandang orang-orang berlalu-lalang. Semula aku hampir putu
asa dan curiga, jangan-jangan aku hanya dikerjai. Ketika matahari
sudah lenyap dan langit Jakarta sudah gelap, ketika aku memutuskan
untuk pergi dari Stasiun Gambir (karena merasa dikerjai), tiba-tiba ada
seorang wanita tua yang menghampiriku.
Wanita yang mirip nenek-nenk itu menyampaikan pesan bahwa aku telah
ditunggu wanita bernama Gadis di sebuah taksi yang berhenti di halaman
parkir. Karuan saja, perasaan dadaku jadi plong. Seketika itu aku lari
mencari taksi tersebut. Begitu aku membuka pintu taksi, Oh.. dadaku
berdetak. Wanita kencan SMSku itu ternyata tidak setua usianya. Tubuhnya
terlalu tinggi bagiku, sekitar 170cm, sedang aku hanya 165cm. Kulitnya
putih layaknya etnis Tionghoa.
“Ayo, masuk..,” pinta wanita berambut sebahu itu sembari memberi ruang duduk di sampingnya.
Wajahnya tampak gembira sekali ketika menatap wajahku.
“Ke Hotel XX, ya Bang,” ujar Gadis kepada sang pengemudi taksi.
Di dalam taksi, duduk berhimpitan bersama Gadis, aku seperti dibawa
terbang ke awang-awang. Betapa tidak, tubuhnya super montok. BRA-nya
kira-kira berukuran 36. Dan pinggulnya, wah membuatku benar-benar gemas.
Sementara tatapan matanya, seolah ada rasa dahaga yang tertahan
bertahun-tahun. Hmm.. rasanya itu membuatku tak sabar untuk melumatnya.
Karena itu, begitu tiba di hotel aku bergegas chek-in dan membogkar
rahasia perasaanku di kamar nomor 102.
Di kamar hotel 102, di antara lampu remang-remang, Gadis hanya termangu
memandangiku. Matanya meneliti leku-lekuk tubuhku yang maih basah
habis mandi.
“Sini sayang, aku pijiti. Pasti, kau capek sekali, kan,” ujar Gadis kemudian.
Tanpa banyak kata, akau hanya menurut saja. Maklum tubuhku capek sekali
setelah menempuh perjalanan KotaX-Jakarta. Kalau dipijiti, oh.. rasa
pegal di tubuhku akan hilang. Karena itu, aku segera tidur tengkurang di
ranjang dengan setengah telanjang di dekat Gadis.
“Bagian mana dulu yang dipijit sayangku,” suara Gadis yang mendesah membuat darahku mendesir-desir.
“Terserah kaulah,” jawabku singkat.
Tak lama kemudian, jemari lentiknya sudah menelusuri lekuk-lekuk
tubuhku. Kadang-kadang tangan Gadis nakal menggoda bagian sensitifku.
Urutannya lembut, seperti menyulam setiap pori-pori kulitku. Beberapa
saat kemudian, aku ganti menawarkan diri untuk memijit tubuh gadis yang
super montok. Seperti yang dia lakukan padaku tadi, aku mulai
mengurut-urut bagian lehernya, kemudian turun ke punggung, pinnggang dan
paha. Setelah itu tubuhnya ku balik sehingga tidak tengkurap lagi.
Kali ini aku mengurut bagian payudaranya dengan lembut. Selanjutnya aku
mulai beraksi erotik. Awalnya saya membelai rambut Gadis dan mencium
bibir-nya. Dia membalasnya dengan hangat, penuh kasih sayang.
Kurebahkan dia dengan perlahan, kutatap matanya erat-erat, kusingkirkan
bajunya yang menutupi buah dadanya, yang sungguh merangsang diriku.
Perlahan tapi pasti kulumat puting susu-nya dan dengan tangan kiriku
kumainkan puting yang satunya lagi. Gadis melenguh keenakan, sungguh
suara yang merdu dan hal ini membuatku grenng lagi. Selang beberapa
menit kemudian kuangkat kepalaku sambil tetap kumainkan tangan kiriku,
kemudian kulihat pussy Gadis yang basah. Kulumat clitorisnya dan semua
ruang vaginanya hingga Gadis menggelinjang berat. Ketika penisku
menegang gagah perkasa, kurenggangkan kedua pahanya dan kumasukkan
jariku ke lubang pussynya, kuputar-putar dan kusodok-sodokkan, Gadis pun
semakin mengerang keras, sampai kusadari kalau waktu kusodokkan di
bagian kanan atas, eluhannya semakin keras dan cairannya makin banyak,
penasaran kupusatkan jariku di situ dan kugosok-gosok bagian tersebut
ternyata Gadis pun berteriak makin keras.
Cairannya keluar banyak sekali, aku pun mulai grenng tidak sabar,
kuangkat kontolku dan kusodokkan ke lubang pussynya dengan cepat, kali
ini aku sodokkan terus menerus tapi rupanya kontolku masih membutuhkan
waktu untuk reload sehingga spermaku tidak lekas keluar.
Gadis masih mengerang dengan kerasnya, dan kusodokkan penisku ke bagian
kanan atas, dan yah dia pun makin melenguh keras, dan kurasakan
cairannya menyembur-nyembur dengan derasnya, aku makin grenng dan
kulihat wajahnya yang khas, wajah yang penuh kepuasan dan erangan penuh
kenikmatan yang merdu, yang membuat kontol laki-laki manapun tidak
tahan, dan akupun keluar lagi dengan deras di pussy Gadis.
Ketika aku terbangun dari tidur, sekitar tengah malam, Gadis telah
menyediakan kopi panas dan duduk di sebelah ranjang. Tapi hasratku masih
menggelora. Tidak bisa tidak aku harus beraksi lagi. Maklum, aku hanya
bisa berada di Jakarta hanya sehari. Sayang kalau hanya sekali main di
panggung ranjang panas. Karena itu, setelah mencicipi kopi aku segera
membuka kancing BH-nya kulepaskan. Tanganku bergerak bebas mengusap
buah dadanya. Putingnya kupegang dengan lembut. Kami sama-sama hanyut
dibuai kenikmatan walaupun kami masih berdiri bersandar di dinding.
Kami terangsang tak karuan. Nafas kami semakin memburu. Aku merasa
tubuh Gadis menyandar ke dadaku. Dia sepertinya pasrah. Baju daster
Gadis kubuka. Di dalam cahaya remang dan hujan lebat itu, kutatap
wajahnya. Matanya terpejam. Daging kenyal yang selama ini terbungkus
rapi menghiasi dadanya kuremas perlahan-lahan. Bibirku mengecup puting
buah dadanya secara perlahan.
Kuhisap puting yang mengeras itu hingga memerah. Gadis semakin gelisah
dan nafasnya sudah tidak teratur lagi. Tangannya liar menarik-narik
rambutku, sedangkan aku tenggelam di celah buah dadanya yang membusung.
Mulutnya mendesah-desah.
“Ssshh.., sshh!”.
Puting payudaranya yang merekah itu kujilat berulangkali sambil kugigit
perlahan-lahan. Kulepaskan ikatan kain di pinggangnya. Lidahku kini
bermain di pusar Gadis, sambil tanganku mulai mengusap- usap pahanya.
Ketika kulepaskan ikatan kainnya, tangan Gadis semakin kuat menarik
rambutku. Suaranya melenguh-lenguh. Nafasnya terengah-engah ketika
celana dalamnya kutarik ke bawah. Tanganku mulai menyentuh lagi daerah
kemaluannya. Rambut halus di sekitar kemaluannya kuusap-usap perlahan.
Ketika lidahku baru menyentuh kemaluannya, Dia menarikku berdiri.
Pandangan matanya terlihat sayu bagai menyatakan sesuatu. Pandangannya
ditujukan ke tempat tidurnya.
Aku segera mengerti maksudnya. Dia minta ingin segera digenjot di atas
ranjang. Dengan sebuah tarikan, tubuh Gadis kubaringkan terlentang,
tapi kakinya masih menyentuh lantai. Mukanya berpaling ke sebelah kiri.
Matanya terpejam. Tangannya mendekap kain sprei. Buah dadanya
membusung seperti minta disentuh. Puting susunya terlihat berair karena
liur hisapanku tadi. Perutnya mulus dan pusarnya cukup indah. Kulihat
tidak ada lipatan dan lemak seperti perut wanita yang telah melahirkan.
Kemudian, tanganku terus membuka kancing bajuku satu-persatu.
Ritsluiting jeans-ku kuturunkan. Aku telanjang bulat di hadapan Gadis.
Penisku berdiri tegang melihat kecantikan sosok tubuh Gadis.
Buah dada yang membusung dihiasi puting kecil dan daerah di bulatan
putingnya kemerah-merahan. Indah sekali kupandang di celah pahanya.
Gadis telentang kaku. Tidak bergerak. Cuma nafasnya saja turun naik.
Lalu akupun duduk di pinggir kasur sambil mendekap tubuhnya. Sungguh
lembut tubuhnya. Kupeluk dengan gemas sambil kulumat mesra bibir
ranumnya. Tanganku meraba seluruh tubuhnya. Sambil memegang puting
susunya, kuremas-remas buah dada yang kenyal itu. Kuusap-usap dan
kuremas-remas. Nafsuku terangsang semakin hebat. Penisku menyentuh
pinggangnya. Kudekatkan penisku ke tangannya. Digenggamnya penisku
erat-erat lalu diusap-usapnya.
Memang Gadis tahu apa yang harus dilakukan. Dipegangnya penisku yang
sudah tegang dan dimasukkannya ke dalam mulutnya. Mataku terpejam-pejam
ketika lidah Gadis melumat kepala penisku dengan lembut. Penisku
dikulum sampai ke pangkalnya. Sukar untuk dibayangkan betapa nikmatnya
diriku. Bibir Gadis terasa menarik-narik batang penisku.
Tidak tahan diperlakukan begitu aku lalu mengerang menahan nikmat.
Kubuka lebar-lebar paha Gadis sambil mencari liang vaginanya. Kusibakkan
vaginanya yang telah basah itu. Kujulurkan lidahku sambil memegang
clitorisnya. Gadis mendesah. Kujilat-jilat dengan lidahku. Kulumat
dengan mulutku. Liang kemaluan Gadis semakin memerah. Bau kemaluannya
semakin kuat. Aku jadi semakin terangsang. Seketika kulihat air berwarna
putih keluar dari lubang vaginanya. Tentu Gadis sudah cukup
terangsang, pikirku. Aku kembali pada posisi semula. Tubuh kami
berhadapan. Tangannya menarik tubuhku untuk rebah bersama. Buah dadanya
tertindih oleh dadaku. Gadis memperbaiki posisinya ketika tanganku
mencoba mengusap-usap pangkal pahanya. Kedua Kaki Gadis mulai membuka
sedikit ketika jariku menyentuh kemaluannya. Lidahku mulai turun ke
dadanya. Putingnya kuhisap sedikit kasar. Punggung Gadis
terangkat-angkat ketika lidahku mengitari perutnya.
Akhirnya jilatanku sampai ke celah pahanya. Gadis semakin membuka
pahanya ketika aku menjilat clitorisnya, kulihat Gadis sudah tidak
bergerak lagi. Kakinya kadang-kadang menjepit kepalaku sedangkan lidahku
sibuk merasakan kenikmatan yang telah dirasakan. Erangan Gadis semakin
kuat dan nafasnya pun yang terus mendesah. Rambutku di tarik-tariknya
dengan mata terpejam menahan kenikmatan.
“Gimana rasanya?” tanyaku lembut dengan nada manja.
Dia tidak menjawab. Dia hanya membuka matanya sedikit sambil menarik
napas panjang. Aku mengerti. Itu bertanda dia setuju. Tanpa disuruh, aku
mengarahkan penisku ke arah lubang vaginanya yang kini telah terbuka
lebar. Lendir dan liurku telah banjir di gerbang vaginanya.
Kugesek-gesekan kepala penisku di cairan yang membanjir itu. Perlahan-
lahan kutekan ke dalam. Tekanan penisku memang agak sedikit susah.
Terasa sempit. Kulihat Gadis menggelinjang seperti kesakitan.
“Pelan-pelan, Yang!”, ujarnya berharap, suaranya terdengar sesak.
Aku sekarang mengerti. Memang aku belum berpengalaman. Kutekan lagi.
Kumasukkan penisku perlahan-lahan. Kutekan punggungku ke depan. sangat
hati-hati. Terasa memang sempit. Lalu Gadis memegang lenganku erat-erat.
Mulutnya meringis seperti orang sedang menggigit tulang. Hanya
sebagian penisku yang masuk. Kubiarkan sebentar penisku berhenti,
terdiam. Gadis juga terdiam. Tenang. Sementara itu, kupeluk tubuhnya
dengan gemas sambil memainkan buah dadanya, menjilat, mengusap dan
menggigit-gigit lembut.
Mulutnya kukecup sambil lidahnya kumainkan. Kami memang sudah sangat bernafsu dan terangsang.
“Mau diteruskan..?” tanyaku kemudian.
Gadis membuka matanya. Di bibirnya terlihat senyum manis yang
menggairahkan. Kutekan penisku ke dalam. Kemudian kutarik ke belakang
perlahan-lahan. Kuhentakkan perlahan-lahan. Memang sempit kemaluan
Gadis, mencengkram seluruh batang penisku. Penisku terasa seperti
tersedot di dalam vaginaya. Kami mulai terangsang! Penisku mulai
memasuki kemaluan Gadis lebih lancar. Terasa hangatnya sungguh
menggairahkan. Mata Gadis terbuka menatapku dengan pandangan yang sayu
ketika penisku mulai kukeluar-masukkan. Bibirnya dicibirkan rapat-rapat
seperti tidak sabar menunggu tindakanku selanjutnya. Sedikit demi
sedikit penisku masuk sampai ke pangkalnya.
Gadis mendesah dan mengerang seiring dengan keluar-masuknya penisku di
kemaluannya. Kadang-kadang punggung Gadis terangkat-angkat menyambut
penisku yang sudah melekat di kemaluannya. Berpuluh-puluh kali
kumaju-mundurkan penisku seiring dengan nafas kami yang tidak teratur
lagi. Suatu ketika aku merasakan badan Gadis mengejang dengan mata yang
tertutup rapat. Tangannya memeluk erat-erat pinggangku. Punggungnya
terangkat tinggi dan satu keluhan berat keluar dari mulutnya secara
pelan.
Denyutan di kemaluannya terasa kuat seakan melumatkan penisku yang
tertanam di dalamnya. Goyanganku semakin kuat. Lehernya kurengkuh erat
sambil badanku rapat menindih badannya. Ketika itu seolah-olah aku
merasakan ada denyutan yang menandakan air maniku akan keluar. Denyutan
yang semakin keras membuat penisku semakin menegang keras. Gadis
mengimbanginya dengan menggoyangkan pinggulnya. Goyanganku semakin
kencang. Kemaluan Gadis semakin keras menjepit penisku. Kurangkul
tubuhnya kuat-kuat. Dia diam saja. Bersandar pada tubuhku, Gadis lunglai
seperti tidak bertenaga. Kugoyang terus hingga tubuh Gadis seperti
terguncang-guncang. Dia membiarkan saja perlakuanku itu. Nafasnya
semakin kencang.
Dalam keadaan sangat menggairahkan, akhirnya aku sampai ke puncak. Air
maniku muncrat ke dalam kemaluan Gadis. Bergetar badanku saat maniku
muncrat. Gadis mengait pahaku dengan kakinya. Matanya terbuka lebar
memandangku. Mukanya serius. Bibir dan giginya dicibirkan. Nafasnya
terengah-engah. Dia mengerang agak kuat. Waktu aku memuntahkan lahar
maniku, tusukanku dengan kuat menghunjam masuk ke dalam. Kulihat Gadis
menggelepar-gelepar. Dadanya terangkat dan kepalanya mendongak ke
belakang. Aku lupa segala-galanya.
Untuk beberapa saat kami merasakan kenikmatan itu. Beberapa sodokan
tadi memang membuat kami sampai ke puncak bersama- sama. Memang hebat.
Sungguh puas. Memang inilah pertama kalinya aku melakukan senggama
dengan orang lain selain istriku. Walaupun dia seorang janda yang sudah
berumur, bagiku dia adalah wanita yang sangat cantik. Waktu kami
melakukan senggama tadi, kami berkhayal entah kemana. Gadis memang hebat
dalam permainannya. Sebagai seorang yang tidak pernah merasakan
kenikmatan persetubuhan dengan orang lain selain istriku, bagiku Gadis
betul-betul memberiku surga dunia. Aku terbaring lemas di sisi Gadis.
Mataku terpejam rapat seolah tidak ada tenaga untuk membukanya. Dalam
hati aku puas karena dapat mengimbangi permainan ranjang Gadis. Kulihat
Gadis tertidur di sebelahku. Dia mengaku puas sekali.
“Kamu memang hebat, penismu luar biasa..!”, katanya dengan nada meronta.
Anehnya, ketika aku merasa capek, Gadis malah mengocokkan batang penisku. Suaranya mengiba-iba membangkitkan gairahku.
“Kau suka?”, tanyaku.
Dia tersenyum. Dia mengangguk tanda suka. Saat itu juga tanganku
memegang buah dadanya. Tangannya mengocok terus penisku. Penisku tegang
lagi. Kami jadi terangsang lagi.
“Kau mau lagi?”, tanyaku dengan suara manja.
Dia tersenyum manis. Apa yang kuimpikan kini benar-benar menjadi
kenyataan. Perlahan-lahan kubuka selimutnya. Kulihat kaki Gadis sudah
mengejang. Sedikit demi sedikit terus kutarik selimutnya ke bawah.
Segunduk daging mulai terlihat. Uff.., detak jantungku kembali berdegup
kencang. Kunikmati kembali tubuh Gadis tanpa perlawanan. Gundukan bukit
kecil yang bersih, dengan bulu-bulu tipis yang mulai tumbuh di
sekelilingnya, tampak berkilat di depanku. Kurentangkan kedua kakinya
hingga terlihat sebuah celah kecil di balik gundukan bukit Gadis.
Kedua belahan bibir mungil kemaluannya kubuka. Melalui celah itu
kulihat semua rahasia di dalamnya. Aku menelan air liurku sendiri
sambil melihat kenikmatan yang telah menanti. Kudekatkan kepalaku untuk
meneliti pemandangan yang lebih jelas. Memang indah membangkitkan
birahi. Tak mampu aku menahan ledakan birahi yang menghambat nafasku.
Segera kudekatkan mulutku sambil mengecup bibir kemaluan Gadis dengan
bibir dan lidahku. Rakus sekali lidahku menjilati setiap bagian kemaluan
Gadis. Terasa seperti tak ingin aku menyia-nyiakan kesempatan yang
dihidangkannya. Setiap kali lidahku menekan keras ke bagian daging kecil
yang menonjol di mulut vaginanya, Gadis mendesis dan mendesah
keenakan. Lidah dan bibirku menjilat dan mengecup perlahan. Beberapa
kali kulihat dia mengejangkan kakinya. Aku tak peduli bau khas dari
liang kemaluan Gadis memenuhi relung hidungku. Malah membuat lidahku
bergerak semakin menggila. Kutekan lidahku ke lubang kemaluan Gadis
yang kini sedikit terbuka. Rasanya ingin kumasukkan lebih dalam lagi,
tapi tidak bisa.
Mungkin karena lidahku kurang keras. Tetapi, kelunakkan lidahku itu
membuat Gadis beberapa kali mengerang karena nikmat. Dalam keadaan sudah
terangsang, kutarik tubuh Gadis ke posisi menungging. Ia menuruti
permintaanku dan bertanya dengan nada manja.
“Aku kau apakan, sayang?”, bisiknya.
Aku diam saja. Kuatur posisinya. Tangannya meremas sprei hingga kusut.
Air mani Gadis sudah membasahi kemaluannya. Kubuka pintu kemaluannya.
Kulihat dan perhatikan dengan seksama. Memang aku tidak pernah melihat
kemaluan wanita serapat itu.
Bau anyir dan bau air maniku bercampur dengan bau asli vagina Gadis
yang merangsang. Bau vagina seorang wanita! Jelas semua! Bulu kemaluan
Gadis yang lembab dan melekat berserakan di sekitar vaginanya.
Kusibakkan sedikit untuk memberi ruang.
Kumasukkan jari telunjukku ke dalam lubang vaginanya. Kumain-mainkan di
dalamnya. Kulihat Gadis menggoyang punggungnya. Kucium dan kugigit
daging kenyal punggungnya yang putih bersih itu. Kemudan kurangkul
pinggangnya. Kumasukkan penisku ke liang vaginanya. Pinggang Gadis
seperti terhentak. Perlahan-lahan kutusukkan penisku yang besar panjang
ke lubang vaginanya dengan posisi “doggy-style”. Tusukanku semakin
kencang. Nafsu syahwatku kembali sangat terangsang. Kali ini
berkali-kali aku mendorong dan menarik penisku. Hentakanku memang kasar
dan ganas. Kuraih pinggang Gadis. Kemudian beralih ke buah dadanya.
Kuremas-remas semauku, bebas. Rambutnya acak-acakan. Lama juga Gadis
menahan lampiasan nafsuku kali ini. Hampir setengah jam.
Tusukanku memang hebat. Kadang cepat, kadang pelan. Kudorong-dorong
tubuh Gadis. Dia melenguh. Dengusan dari hidungnya memanjang.
Berkali-kali. Seperti orang terengah-engah kecapaian.
“Ehh.. ek, Ekh, Ekh.”
Akirnya aku merasakan air maniku hampir muntah lagi. Waktu itu
kurangkul kedua bahu Gadis sambil menusukkan penisku ke dalam.
Tenggelam semuanya hingga ke pangkalnya. Waktu itulah kumuntahkan
spermaku. Kutarik lagi, dan kuhunjamkan lagi ke dalam. Tiga empat kali
kugoyang seperti itu. Gadis terlihat pasrah mengikuti hentakanku.
Kemudian kupeluk tubuhnya walaupun penisku masih tertancap di dalam
kemaluannya. Kuelus-elus buah dadanya. Kudekati mukanya. Kami
berciuman. Begitu lama hingga terasa penisku kembali normal. Gadis
sepertinya kelelahan. Keringat bercucuran di dahi kami. Kami telentang
miring sambil berpelukan. Gadis terlihat lemas lalu tertidur. Melihat
Gadis begitu, dan hujan masih belum reda, birahiku bangkit kembali.
Kurangkul tubuh Gadis dan aku bermain sekali lagi. Tak terasa, kami
berdua seperti bermandikan air mani. Setelah itu, kami terkapar berdua.
Ketika aku bangun hari sudah siang. Sekitar jam 12.00 aku buru-buru
chek-out dan pulang ke KotaX. Ternyata Gadis masih mau kencan lagi
denganku. Tapi entah kapan waktunya, dia belum memastikan dan akupun
belum memikirkannya.
“Kau memang lelaki KotaX tulen. Tenang-tenang menghanyutkan. Lemah
lembut, tapi luar biasa dahsyat,” bisik Gadis ketika mengantarku ke
Stasiun Gambir.
*****
Setelah kencan mesra di Jakarta tiga bulan lalu, Gadis-janda 33 tahun
asal Jakarta, sering kirm SMS mesra padaku. Katanya, dia merindukan
sentuhanku. Sesungguhnya aku sangat ingin mengulangi kencan mesraku
dulu. Tapi waktu tak memungkinkan. Karena itu, aku harus putar otak agar
ganti dia yang datang ke KotaX, tempat tinggalku. Bagaimanakah aku
harus memaksanya datang ke KotaX? Aku harus cari akal.
Sekedar untuk diingat, aku mengenal Gadis setelah menyimak daftar nomor
HP wanita-wanita yang butuh teman kencan melalui SMS di internet.
Awalnya aku hanya menyebar SMS perkenalan kepada sejumlah wanita.
Hasilnya, SMSku dapat jawaban dari seorang wanita 33 tahun asal Jakarta
(sebut saja namanya Gadis). Ketika bercakap-cakap denganku via telepon,
semula dia merasa terkejut dan mengaku tak pernah mencari teman kencan
pria lewat SMS. Namun setelah berdialog beberapa saat, akhirnya dia
mengakui bahwa dirinya adalah seorang wanita yang kesepian. Bahkan, dia
malah memintaku datang ke Jakarta dan segala biaya akan dijamin. Tanpa
pikir panjang, aku menyatakan siap. Dengan memanfaatkan sebuah kamar
hotel berbintang, kami bisa saling memuaskan hingga beberapa ronde.
Sejak kencan pertama itulah, dia sering SMS dan memintaku datang ke
Jakarta lagi. Sejujurnya, aku senang-senang saja melihat rintihannya,
rengekannya, dan segala kemanjaannya. Namun, ketika aku ingin memenuhi
permintaannya, aku tak bisa cuti dari kantor tempat kerjaku.
“Banyak pekerjaan yang belum kau selesaikan, kenapa harus cuti? Apa kau tak mau promosi jabatan?” tukas manajer personaliaku.
Peringatan manajer personaliaku itu membuatku benar-benar tak berani
nekat bolos ke Jakarta. Karuan saja, hatiku gundah. Sementara Gadis
semakin gencar mengirmkan SMS-SMS rindunya.
“Ayu dong, say. Dahagaku rasanya sudah tak tertahan. Tegakah kau?”
Setelah beberapa hari merenung-renung, akhirnya aku punya ide. Aku rayu
saja dia melalui email erotic. Ya, aku harus memaksanya datang kemari
dengan rayuan-rayuan email eroticku.
Kiriman email pertamaku seperti ini isinya: Gadisku, sayang.. Kau tahu,
jika aku bisa bertemu denganmu di kotaku, aku akan mengajakmu pergi
tempat yang jauh dan menggairahkan jiwa. Akan kuajak kau ke tempat
secret untuk berdua saja, biar aku bisa mereguk kemontokan tubuhmu. Bila
memang hubungan semacam itu yang kau cari, maka akan kubawa kau ke
kamar yang gelap dan rahasia. Kemudian akan kumanjakan kau dengan jutaan
rasa nikmat.
Setiap kali mengirim email, aku selalu mengimajinasikan pengalaman
eroticku padanya. Seperti ini contohnya: Gadisku, jika kau datang
padaku, aku akan melahirkan syurga-syurga baru untukmu. Kau tahu kan,
awalnya pasti aku akan kuminta kau berbaring, melepas gaun, juga BHmu.
Selanjutnya akan kupijit-pijit lehermu, bahumu, pinggangmu, hingga
pahamu dengan sentuhan selembut sutra. Kemudian akan kujamah gundukan
daging kembar yang menghiasi dengan indahnya dadamu. Tapi diamlah, akan
kubelai-belai payudaramu dengan jemariku, juga dengan lidahku secara
bergantian.
Biarkan saja jika penisku menegang. Aku ingin membuat payudaramu
menjadi kenyal sampai kau mendesis-desis. Dan, biarkan saja aku terpana
melihat tubuhmu putih dan mulus. Biarkan saja kujilati leher
jenjangmu. Menggerinjallah bila kau memang ingin menggerinjal. Oh..
puting susumu mulai mengeras dan begitu menggelitik telapak tanganku.
Segera kuelus-elus puting susu yang indah itu dengan telapak tanganku.
(Oh.. kau tersentak menghadap ke atas sambil memejamkan matanya.)
Tapi tetaplah diam. Ibu jariku dan telunjukku akan memilin-milin puting
susu sebelah kirimu. Kemudian aku ganti menyedot-nyedot puting susuMu.
(Oh.. puting susumu semakin lama makin bertambah keras). Setelah itu
mulutku kini pindah merambah bukit membusung sebelah kanan. Apa yang
kuperbuat pada belahan indah sebelah kiri tadi, kuperbuat pula pada yang
sebelah kanan ini. Payudara sebelah kananmu tak luput menerima
jelajahan mulutku dengan lidahnya yang bergerak-gerak dengan kukulum
ujung payudaramu, lalu kujilati dan kugelitiki puting susumu yang
tinggi.
Lidahku tetap tak henti-hentinya menjilati puting susumu yang sudah
demikian kerasnya. Sementara itu tanganku mulai bergerak ke arah bawah.
Kurenggangka pahamu pelan-2. Kulepas pula kain satu-satunya yang masih
menutupi tubuhmu yang memang sintal itu. Dan akhirnya tubuh mulus guru
sekolahku itu pun terhampar bugil di depanku, siap untuk kunikmati.
Tak ayal, jari tengahku mulai menjamah bibir vaginamu. Tenanglah,
mendesahlah kalau ingin mendesah, akan kutelusuri sekujur permukaan
bibir vagina itu secara melingkar berulang-ulang dengan lembutnya. (Oh..
payudaramu semakin membusung menjulang tinggi)
Ooohhm, penisku jadi berdenyur-denyut! Tapi jari tengahku mulai
menjamah gundukan daging kecil berwarna kemerahan yang terletak di
bibir vaginamu yang mulai dibasahi cairan-cairan bening. Mula-mula
kuusap-usap daging kecil yang bernama klitoris ini dengan
perlahan-lahan. Lama-kelamaan kunaikkan temponya, sehingga
usapan-usapan tersebut sekarang sudah menjadi gelitikan, bahkan tak
lama kemudian bertambah lagi intensitasnya menjadi sentilan.
Hm, klitorimus makin bertambah merah akibat sentuhan jariku yang
bagaikan sudah profesional, membuat tubuhmu semakin
menggerinjal-gerinjal tak tentu arahnya. Tapi tetaplah tenang, aku akan
menambah kecepatan gelitikanku pada klitorismu biar vaginamu dibanjiir
cairan-cairan kenikmatan yang terus mengalir dari dalam lubang keramat
yang masih sempit itu.
Puas menjelajahi klitorismu, jari tengahku mulai merangsek masuk
perlahan-lahan ke dalam vagina. Setahap demi setahap kumasukkan jariku
ke dalam vaginanya. Mula-mula sebatas ruas jari yang pertama. Kemudian
perlahan-lahan jariku kutusukkan lebih dalam lagi. Sementara lidahku
mulai menjilati bibir vaginamu berputar-putar. Menjeritlah bila ingin
menjerit, tapi lidahku akan terus mengkorek-korek semua permukaan kulit
vaginamu dan tanganku akan terus mengosok-gosok klitorismu.
Tak lama kemudian, lidahku ganti menyedot-nyedot ujung klitorismu.
Sedang tanganku ganti mengokrek liang vaginamu. (Oh.. kau
mengerjap-ngerjap ketika klitorismu kusedot kuat-kuat dan jemariku
menggosok liang vaginamu lebih cepat dan makin dalam lagi.) Tenang saja,
aku tidak akan menusukkan penisku ke dalam vaginamu. Aku hanya ingin
membuatmu orgasme tanpa harus kusetubuhi dengan penisku.
Gosokan jariku ke dalam vaginamu makin kupercepat, terus-menerus,
sambung-menyambung. Bahkan tambah lama bertambah tinggi temponya.
Akibatnya, kau sanggup berbuat apa-apa lagi kecuali hanya menjerit-jerit
tidak karuan. Apalgi ketika lidahku menyedot isi klitorismu kuat-kuat
dan senmakin kuat, kau seakan-akan terbang melayang sampai langit
ketujuh. Matamu terpejam sementara tubuhmu bergetar dan menggelinjang
keras. Tak lama kemudian kaumenejang dan ada cairan meleleh yang meleleh
keluar dari vaginamu.
Dan itu membuatku terangsang. Ketika aku makin terangsang, akhirnya
kugosok-gosok batang penisku itu dengan tanganku sendiri. Lama sekali,
kemudian penisku kuarahkan ke payudaramu dan kujepit dengan kedua susu
payudamu. Setelah kugosok-gisikan penisku di bali jepitan kedua payu
daramu. Makin lama, kugosok makin cepat dan semakin cepat. Hasilnya,
cairan-cairan kental berwarna putih muncrat dari ujung penisku. Sebagian
mengenai wajamu. Ada pula yang mengenai payudara dan bagian tubuhmu
yang lain.
Singkat cerita, Gadis jadi sering minta dikirimi email erotic. Tapi
jika kebetulan aku tak bisa buka internet dia memaksaku untuk mengirimi
SMS erotic.
“Ayo dong Say, Aku sedang in nih. Rasanya haus sekali vaginaku,” pinta
suatu ketika, “Rayulah aku, cumbulah aku dengan SMS mesramu. Aku sudah
siapkan penis electrik di sampingku. Ayoo, dong antar aku ke gunung
panas biar terobati dahagaku.”
Aku tak kuasa menolak jika Gadis meronta-ronta dan selalu
mendesah-desah mengharapkan sentuhan asmaraku. Tidak bisa tidak, aku
harus mengerahkan jari-jariku untuk pencet huruf demi huruf untuk
memuaskan hasrat sex Gadis.
“Kau mau kan,” rintih Gadis di tengah malam melalui HPku.
“Oke, deh say,” jawabku. Dan tangankupun menari di atas HPku:
Begini kalimat pertama yang kukirim via SMS: Anggap saja aku sudah ada
disampingmu. Kini berbaringlah. Biar kurobek saja ya gaunmu, kuserobot
CDmu, dan kutindih tubuhmu
(Gadis membalas SMS mesra. Katanya, dia sudah siap menerima dengan segala actionku)
Kemudian aku mengirim SMS lagi padanya: Oh.. puting susumu yang coklat
itu, rasanya aku kutelan dengan lidahku, dan bibir vaginamu itu pun
ingin kusedot dan jilat dengan lidahku yang dahaga ini (dia membalas
dengan kalimat mendesah-desah haus dan manja: aku sudah menunggumu say..
jawabnya)
Aku segera membalasnya: Buka pahamu, say: jariku akan menari-nari di
liang vaginamu. Dan biarkan lidah menggeliat-geliat di puting susumu:
Apa yag kau rasa. Hmm putingmu sudah mengeras Say? Oh.. aku suka itu,
aku kugigit pucuknya akan kugosok-godok dagingnya yang mengenyak-kenyal.
Mendesislah. Oh vaginamu sudah basah say? Mana buka pahamu
lebar-lebar, akukan sedot cairannya dan kutelan sebagai obat dahaga.
(Gadis membalas SMS, intinya dia sudah tak tahan)
Sekarang gantian kau yang mainkan aku, lihat cockku sudah tegang berdiri, kepalanya mengkilat berdenyut-denyut..
Ya say, hmm.. aku sudah tak sabar, jilatlah penisku dari ujung sampai
pangkal. Gosok-gosok batangnya dengan lembut, tanganku akan tetap
membelai-belai liang vaginamu biar makin licin.
Dia membalas SMS mesra dan sanggup menjilati penisku:
Oh.. ohh.. sst.. enak say, terus, gini saja kangkangi mukaku dengan 2
pahamu, biar lidahku mengkorek vaginamu, dan mulutmu teruslah menyedot
penisku. Oke duduki saja mulutku dengan mulut vaginamu, biar clitorismu
kusedot-sedot, tapi kau jangan diam ayo mainkan aku dong saayy.. Hhh..
(Gadis membalas SMS, dia sangup melumat batang penisku danmengurut-urutnya dengan lidah)
Hmm.. kini aku sudah tak sabar, berbaringlah say, buka pahamu
lebar-lebar, dan mana liang vaginamu, penisku sudah ingin
menusuk-nusuknya, menggenjotnya, sampai kau meronta-ronta.
O, penisku susah masuk say, tolong bantuin pakai tangamu, tanganku akan
terus memuntir-muntir susumu, kau sudah siap menerima penisku kan?
Ayo bantuin masukkan penisku dong, say.. Hhmm Yah bagus, enak gila oh..
ohh.. goyang terus say, penisku akan kusodok-sodok masuk ke vaginamu,
maju mundur, oh.. kau mengerang say, merintih-rintih?
Aku terus bergoyang menyodok vaginamu, makin lama makin cepat,
sementara tanganku terus memilin-milin putingmu kadang lidahku
menyerobot putinmu dan kugigit-gigit.
Hm kau menggelinjang say? Oh.. cairanmu makin banyak, penisku basah
kuyup, ah.. susumu makin membusung keras say dan desahanmu itu hmm..
Ah, kamu ganti tengkurap saja say, tapi angkat bokongmu, biar aku bisa menyodok vaginamu dari belakang,
Oke say, angkat bokongmu tinggi-tinggi, biar penisku bebas menyoodk
vaginamu, mana lubangnya, eit sleep ohm, enak, sekarang aku bergerak
maju mundur, kau mendesah-desah.
Sodokanku makin lama makin cepat dan buas, sementara tanganku memilin-milin puting susumu, (Apa yang kau rasa?)
AH, kini ganti kau yang di atas say, aku ingin lihat permainanmu,
tenang saja, putung susumu akan ku buat terus menggelinjang. Ya, duduki
saja penisku dengan bibir vaginamu, terus gosok-gosoklah dengan
goyangan erotic plus ngebor gaya inul. Penisku pasti akan
mengejangkanmu.
Tenang saja say, kalau mainmu dahsyat, aku pasti akan lebih dahsyat
membuatmu tak berdaya, kini aku menunggu bentuk goyanganmu. Ohh.. indah
sekali goyangmu SAY, hmm, tapi kau berbarig lagi saja, penisku akan
menusuk vaginamu dari atas, ohh.. vaginamu sudah banjir?
Hanya dengan SMS-SMS semacam itulah, Gadis mengaku bisa orgasme, tapi
dengan bantuan penis elektric yang dia beli dari sexshop. Bahkan, kadang
bukan hanya sekali saja orgasmenya, tapi sampai dua hingga tiga kali.
Sedang SMS-SMSku dijadikan pengantar perangsang cairan vaginanya. Bila
vaginanya sudah basah oleh rayuan SMS erotic, Gadis mengaku memainkan
penis elketricnya dengan mata ditutup rapat kemudian membayangkan
seolah-olah aku benar-benar hadir di sampingnya. Hmm sebuah perilaku
yang menggemaskan bagiku.
Setelah sering kukirimi email erotic semacamitu, lama-lama Gadis
akhirnya sanggup datang ke kotaku. Aku senang sekali, berarti ada
kesempatan untuk live in action bersama Gadis, janda kembang super
montok yang kukenal dari SMS erotic internet.
“Oke, deh aku datang. Tapi kau harus membuaskanku seribu tahun. Kalau
tidak, Hmm, kau akan kumakan,” begitu gertak gemas Gadis melalui
teleponnya, kemarin.
Kini aku sudah tak sabar lagi menunggu kedatangannya.
Rating peringkat pada Google dalam artikel yang berjudul Berawal Dari SMS ( Cerita Dewasa )
9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
Terima kasih anda telah membaca dan melihat foto video cerita artikel tentang Berawal Dari SMS ( Cerita Dewasa ) , Jika posting berjudul Berawal Dari SMS ( Cerita Dewasa ) merupakan artikel bermanfaat silahkan share atau berikan tanggapan anda pada kotak komentar di bawah. Sekali lagi terima kasih atas kesediaan anda membaca Berawal Dari SMS ( Cerita Dewasa ).
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment