ilustrasi |
Cerita dewasa mesum terbaru menceritakan sebuah pengalaman seks mesum hubunganku dengan Mei (gadis amoy cantik putih mulus seksi).
Cewek penghibur hati yang sepi ini dengan sebuah pengalaman seks mesum
yang diberikan dan menjadi cerita dewasa kali ini. Semakin lama semakin
akrab hari-hari kami terasa indah karena pada akhirnya ia mau membuka
busana nya hingga bugil dan melakukan seks mesum. Wanita cantik dan seksi itu ternyata sangat liar bila di atas ranjang. Nafsu seksnya besar dan terus menerus butuh pemuasan hasrat birahi masing-masing. Dengan senang hati melayani gejolak seksnya
dengan berbagai gaya dan tempat. Cerita dewasa ini hanyalah sebuah
cerita yang dapat membuat anda berimajinasi dan berefek pikiran anda
untuk berbuat mesum. Namun cerita dewasa ini hanyalah sebuah hiburan
bagi kaum dewasa yang ingin menghibur dalam bentuk bacaan. Berikut cerita dewasa mesum kado indah seks amoy selengkapnya.
Hubunganku dengan Mei (baca ceriteraku sebelumnya,
"Penghibur Hati Yang Sepi") semakin hari semakin akrab. Hari-hari kami
terasa indah. Wanita cantik dan seksi itu ternyata sangat liar kalau di
atas ranjang. Nafsu seksnya besar dan terus menerus butuh pemuasan.
Akupun dengan senang hati melayaninya. Apalagi ia sangat akrab dengan
kedua anakku, Anita dan Marko. Mereka sering diajak jalan-jalan dan
diberi hadiah. Melihat keakraban mereka aku berpikir, apakah Mei dapat
menjadi ibu baru bagi mereka.
"Anak-anak kelihatannya suka denganmu, Mei", kataku satu malam sesudah
melewati satu ronde persetubuhan yang panas, "Mereka kelihatannya mau
kalau kamu menjadi ibu baru mereka. Bagaimana pendapatmu?"
"Kita jalani saja seperti ini dulu", kata Mei menanggapi, "Aku memang
menantikan kata-kata ini. Aku senang kalau diberi kesempatan menjadi ibu
bagi Anita dan Marko. Namun lingkungan keluargaku masih agak sulit
menerima kamu, maaf, yang bukan keturunan Cina. Tapi kupikir lama-lama
mereka juga akan mau. Sabarlah, sayang. Lagi pula tidak banyak
bedanyakan. Aku selalu siap untuk kamu kapan saja", lanjutnya.
Aku paham sepenuhnya. Sejak mengenalku kami rutin bertemu untuk hubungan
seks. Paling kurang beberapa kali seminggu, kecuali kalau lagi saat
menstruasinya. Akhir pekan selalu menjadi kesempatan terindah. Ia
mengakui kalau ia ketagihan bersetubuh denganku. Selalu orgasme, begitu
katanya. Karena itu ia selalu menantikan saat-saat pertemuan. Aku merasa
bangga karena kapan saja aku dapat menikmati tubuh Mei yang cantik dan
seksi itu. Menggumuli tubuhnya yang mulus dengan buah dada yang montok
dan pantat yang besar itu menjadi kebanggaan tersendiri. Mungkin karena
selalu puas bersetubuh denganku, ia menjanjikan hadiah kejutan untuk
ulang tahunku.
"Aku ingin memberi hadiah khusus buatmu", katanya empat hari sebelum ulang tahunku.
"Apa itu?" tanyaku.
"Kalau disampaikan sekarang itu bukan kejutan namanya", katanya, "Yakin deh, pasti akan menyenangkan hadiahnya."
"Tapi anak-anak pasti merayakannya pada hari itu", kataku.
"Yah, kita rayakan sehari sesudahnya", katanya, "Untuk itu mulai besok sampai hari itu kita tidak bertemu", lanjutnya.
Aku mengerti. Hadiah khususnya itu ternyata hubungan seks, tapi pasti
dengan cara yang khusus. Apa ada pesta berdua dengan cahaya lilin?
Dilanjutkan dengan hubungan kelamin yang penuh gelora? Ataukah menginap
di satu hotel sambil saling memberi kenikmatan? Terserah dia saja. Toh
namanya hadiah.
Ternyata hari-hari menanti hadiah itu sungguh menyiksa. Aku selalu
merindukan tubuh montok itu. Aku menelponnya tetapi ia hanya menjawab
dengan tertawa-tawa. Ia pasti tahu kalau aku sudah tidak dapat menahan
birahiku yang menggelora.
Hari ulang tahunku. Di kantor teman-temanku menyanyikan "Happy Birthday
to you" dan ada ucapan selamat. Yang membuatku terkejut adalah kartu
ucapan selamat atas adanya "pendamping" baruku, "Congratulations for
your new beautiful soul mate!"
"Aku dukung, Mas Ardy", kata Ibu Nadya kepala bagianku.
"Dukung apa, Bu?" tanyaku.
"Alaa.. Mas Ardy ini ada aja", sela Santi yang lincah, "Kan sudah ada
pendamping baru. Cantik lagi. Siapa namanya? Kenalin ke kita, dong",
godanya.
"Namanya, Mei", kataku karena tak ada pilihan lain, "Tapi belum jelas
nih. Jangan dulu deh ucapan selamatnya, nanti keburu bubarkan repot,"
Siang itu di kantor aku tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Aku
hanya mereka-reka, pesta seks apa yang disediakan Mei untuk merayakan
hari ulang tahunku. Menunggu sehari saja rasanya sangat lama. Akhirnya
toh hari yang dinantikan itu tiba. Mei menelpon, jam tujuh sudah harus
ada di rumahnya.
Jam tujuh malam itu aku sudah di depan rumahnya. Ternyata pintu pagar
tidak dikunci. Ada kertas kecil di pintu minta agar pagar dikunci. Aku
menguncinya dan terus ke pintu depan. Ternyata pintu itu sedikit
terbuka. Aku masuk. Ruangan depan kosong. Aku terus melangkah ke dalam.
Begitu aku masuk ruang tengah, Mei menyongsongku.
"Selamat Ulang Tahun!" serunya.
Aku segera merangkul tubuhnya ke dalam pelukanku. Bibirku mencari
bibirnya dan dengan buas melumat bibir itu setelah empat hari tidak
merasakannya.
"Uhmm.. Uhmm..", gumamnya gelagapan menghadapi seranganku.
Ia sepertinya mau bicara tetapi aku tak memberinya kesempatan. Lidahku
menerobos masuk ke mulutnya dan mempermainkan lidahnya. Tangan kiriku
kulingkarkan ke lehernya dan tangan kananku meraih pantatnya. Kutekan
tubuhnya ke arahku membuat ia tidak dapat bergerak ke mana-mana. Di saat
itulah kudengar suara.
"Ehem..", suara seorang wanita.
Aku terkejut dan melepaskan pelukanku. Aku menoleh. Di atas sofa ruang
tengah duduk seorang wanita lain. Aku kaget bukan kepalang. Wanita itu
senyum-senyum menatapku salah tingkah. Pastilah wajahku memerah seperti
udang rebus.
"Makanya tahan-tahan sedikit", kata Mei sambil tertawa menggoda.
Aku terdiam tidak tahu mau bicara apa.
"Ada yang nonton, tuh", lanjutnya, "Ayo mari aku kenalin. Ini Yen, sepupuku, "
"Yen", kata wanita itu malu-malu sambil menyorongkan tangannya.
"Ardy", sahutku sambil menjabat tangannya.
"Cantik, kan", kata Mei.
Aku memandang lekat wanita itu. Seperti Mei, wanita ini pun keturunan
Cina. Ia lebih tinggi dari Mei, sekitar 170 cm. Rambutnya yang panjang
hingga menyentuh pinggul dibiarkan tergerai. Ia memakai blouse kuning
pucat berleher rendah dengan lengan pendek berenda, dipadu dengan celana
sebatas lutut dari bahan denim sebatas lutut. Mataku dengan cepat
merayap ke dadanya yang jelas semontok dada Mei. Pinggangnya cukup
ramping walau tidak seramping Mei, diimbangi oleh pantatnya yang besar.
Betisnya bulat padat. Jelas ia lebih muda dari Mei.
"Aku sudah sering mendengar cerita tentang Kho Ardy dari Ci Mei", kata Yen, "Jadinya penasaran aku, pingin kenalan,"
"Apa kata Mei", pancingku. Yen tersenyum malu-malu.
"Ha ha..", ia tertawa, "Katanya Kho Ardy orangnya baik, sabar, romantis dan.. Hi hi.."
"Hi hi apa", potongku.
"Kuat", katanya tertawa sambil menutup mulutnya.
"Ada aja Mei ini", sahutku agak malu sambil menoleh ke Mei. Tapi dalam hati aku jelas sangat berbangga.
"Kan benar, apa yang aku ceritakan", sahut Mei, "Dan yang paling
penting", lanjutnya sambil merangkul bahu Yen, "Kami berdua adalah
hadiah ulang tahunmu,"
Aku tertegun tak mampu berkata-kata. Mimpi apa aku semalam? Kedua wanita
Cina seksi menawan ini menjadi hadiah ulang tahunku? Keduanya berdiri
di hadapanku sambil mengikik. Kupandangi keduanya lurus-lurus dengan
mata berbinar. Waooh! Tak dapat kubayangkan seperti apa sensasi di
ranjang nanti diapit oleh dua wanita Cina cantik, bahenol dan seksi ini.
"Wah, sudah nafsu nih", goda Mei. Yen tertawa pelan menimpali.
"Abis hadiahnya istimewa begini", sahutku.
Keduanya mendekatiku. Mei merangkulku ketat dan mendaratkan ciumannya
bertubi-tubi. Kurasakan padat tubuhnya. Buah dadanya yang montok lembut
dan menggairahkan itu menekan dadaku. Kurengkuh pantatnya dan kurapatkan
ke tubuhku.
"Selamat Ulang Tahun, sayang", katanya.
Dilepaskannya tubuhku. Yen mendekatiku. Kurangkul ia ke dalam pelukanku.
Ia mencium pipiku kiri dan kanan. Buah dadanya yang montok dan kenyal
itu menekan dadaku. Tubuh seksi itu bergetar. Denyut jantungnya terasa
olehku. Tanganku melingkar ke bongkahan pantatnya yang bulat padat itu
dan kurengkuh rapat ke tubuhku. Ia menggeletar dalam pelukanku ketika
kudaratkan ciumanku ke bibirnya. Ia menyambut hangat. Kujulurkan lidahku
dan menerobosi mulutnya. Lidahku segera disambut oleh permainan
lidahnya. Celanaku mulai terasa sesak karena gerakan kemaluanku yang
mengeras.
"Sudah.. sudah..", potong Mei, "Nanti diteruskan. Sekarang kita makan dulu, "
Aku melepaskan Yen dari pelukanku walaupun nafsu birahiku mulai
meningkat ingin segera dituntaskan. Kami beralih ke ruang makan
menikmati hidangan yang sudah tersedia. Kulihat ada sebotol anggur
merah. Makam malam terasa sangat indah dalam cahaya lilin. Rasa bangga
menyelimuti benakku. Bayangkan! Di tengah ruangan yang romantis dengan
hidangan yang enak dalam temaram cahaya lilin, aku duduk menikmati
anggur merahku dengan diapit dua wanita cantik bermata sipit nan bahenol
dan seksi.
Aku tidak ingin terburu-buru menikmati semua ini walaupun senjata
andalanku di bawah sana telah semakin tidak sabar, ingin segera menyatu
dengan tubuh-tubuh seksi ini bergiliran. Keduanya pasti tahu dari gerak
mataku yang jelalatan, melompat dari satu tempat ke tempat yang lain.
Namun aku tidak ingin memberi kesan liar. Terutama untuk Yen, kesan
pertama ini harus indah dan romantis sehingga di masa depan tetap ada
kesempatan untuk menggarapnya.
Seperti Mei, Yen juga sudah menjanda sekitar enam bulan. Ditinggal suami
yang pergi dengan wanita lain katanya. Usianya 29 tahun, tiga tahun
lebih muda dari Mei, sepuluh tahun lebih muda dariku. Dalam hati aku
berpikit, kok bisa ya, wanita secantik ini bisa ditinggal suami, minggat
dengan wanita lain. Pasti bodoh lelaki itu. Tapi itu bukan persoalanku.
Yang jelas ia ada di sini malam ini untukku. Malam ini kesempatan
terbuka lebar bagiku untuk menikmati tubuhnya. Perbedaan sepuluh tahun
sama sekali tidak ada pengaruhnya untuk urusan ranjang. Waahh.. Betapa
beruntungnya aku.
Selesai makan malam, aku diminta menanti di ruang tengah. Keduanya
menghilang ke lantai atas. Aku menungguh dengan jantung berdebaran.
Lampu-lampu diredupkan. Dan dari lantai atas kulihat keduanya turun
dengan membawa kue ulang tahun dihiasi lilin beryala berbentuk angka 39.
"Happy Birthday to you", keduanya bernyanyi, "Happy birthday to you. Happy birthday, Dear Ardy. Happy birthday darling!"
Pemandangan di depanku sungguh-sungguh indah. Sambil memegang kue ulang
tahun itu, keduanya ternyata hanya mengenakan BH dan celana dalam. Mei
memakai BH dan celana dalam berwarna merah hati, sedangkan Yen
mengenakan BH dan celana dalam hitam. Sangat kontras di kulit keduanya
yang putih bersih. Buah dada keduanya menyembul dari BH kecil yang hanya
menutupi sepertiga buah dada itu. Dalam temaram lampu yang redup kulit
keduanya yang putih nampak sangat indah.
Pusar di perut itu nampak menawan. Paha-paha padat itu menopang pinggul
yang bundar dan digantungi oleh bongkah-bongkan pantat yang padat dan
bulat. Celana dalam kecil yang menutupi pangkal paha menampilkan
pemandangan yang sungguh menggairahkan. Kemaluanku mengeras dan
berdenyut-denyut, tidak sadar menanti saat nikmat menyatu dengan kedua
tubuh menawan itu.
Setelah meletakkan kue dihiasi lilin bernyala itu di depanku, Mei
memintaku berdiri. Lalu keduanya melepaskan pakaianku satu per satu.
Bajuku, sepatuku, kaos kaki, celanaku, dan kaos dalamku. Yang tertinggal
hanyalah celana dalamku yang sudah tidak mampu menyembunyikan
kemaluanku yang sudah menggunung. Mei merapat ke sisi kiriku sedangkan
Yen ke sisi kananku. Keduanya menggelayut ke dua lenganku sehingga
tonjolan buah dada masing-masing menempel erat di lenganku.
"Ayo, lilinnya ditiup dan kuenya dipotong", kata Yen.
Aku duduk diapiti oleh keduanya dengan tubuh menempel erat ke tubuhku.
Kutiup lilin itu dan memotong kuenya. Potongan pertama kusuapkan ke
mulut Mei dan yang kedua ke mulut Yen. Setelah toast anggur merah,
mulailah aku menikmati hadiah ulang tahunku. Aku menyandar di sofa dan
kubiarkan kedua wanita cantik itu melakukan apa yang mereka mau. Setelah
masing-masing memperoleh ciuman di bibir, mulailah mereka beraksi.
Mula-mula kedua puting susuku dikulum keduanya. Mei mengulum di sebelah
kiri dan Yen di sebelah kanan. Lalu masing-masing mulai bergerak ke
arahnya sendiri. Mei mulai menelusuri perutku dan mengarahkan
jilatan-jilatannya ke bawah, sedangkan Yen mulai merambati dada dan
leherku dengan jilatan dan hisapan. Aku menggeliat-geliat menahan rasa
nikmat yang mulai menjalari seluruh tubuhku. Tanganku mulai aktif
bergerilya. Buah dada keduanya menjadi sasaranku. Kucari pengait BH
keduanya dan kulepaskan. Buah dada keduanya menyembul keluar bebas
dengan indahnya. Tangan kiriku mencari-cari buah dada Mei dan
meremasnya. Sejalan dengan itu kutarik Yen merapat. Dengan segera
mulutku mengerkah buah dadanya yang ternyata lebih besar dari punyanya
Mei.
"Ooohh.." erang Yen. Ditekannya kepalaku sehingga wajahku terbenam di belahan dadanya yang montok itu.
"Kita tuntaskan di kamar", kata Mei tiba-tiba.
Kurangkul kedua wanita itu pada pinggul masing-masing. Bertiga kami
melangkah ke kamar tidur Mei di lantai atas hanya dengan mengenakan
celana dalam masing-masing. Keduanya mengikik kecil merasakan kenakalan
tanganku yang telah menyeruak ke balik celana dalam mereka masing-masing
dan mengusap-usap pantat mereka. Rasanya sudah tidak sabar untuk
menenggelamkan diri ke dalam pelukan keduanya secara bergiliran.
Kamar tidur Mei harum dan romantis. Kamar ini telah puluhan kali menjadi
saksi pertemuanku penuh birahi dengan Mei. Ranjang lebar ini menjadi
saksi bisu jeritan-jeritan kenikmatan Mei dan erangan penuh
kenikmatanku. Entah sudah berapa banyak spermaku tercecer di atas
ranjang ini bercampur dengan cairan vagina Mei. Dan malam ini kamar ini
sekali lagi menjadi saksi sejarah baru diriku, bersetubuh sekaligus
dengan dua orang wanita Cina yang cantik, bahenol dan seksi.
Mei dan Yen segera melepaskan celana masing-masing. Kuminta keduanya
berdiri berjajar. Dalam cahaya lampu yang sengaja diredupkan kedua tubuh
bugil itu nampak sangat indah. Keduanya berputar bak peragawati
mempertontonkan tubuh telanjangnya. Keduanya lalu mendekatiku dan
merebahkan tubuhku ke atas ranjang. Yen cepat meloroti celana dalamku.
Kemaluanku yang besar dan panjang itu segera mencuat tegak di
hadapannya.
"Waoo.. Gedenya", seru Yen tertahan.
Jemari Yen yang lentik dan lembut itu segera menggenggam batang
kemaluanku. Diremas-remas sebentar dan dielus-elus lembut. Aku
mengerang-ngerang kenikmatan. Kuraih tubuh montok Mei dan buah dadanya
segera menjadi bulan-bulanan mulutku. Sementara itu Yen mulai
mempermainkan lidahnya di seputar pusarku dan semakin mendekati pangkal
pahaku. Batang kemaluanku itu ada dalam genggamannya. Tangan kananku
meraih buah dada Yen dan meremas-remasnya, sementara tangan kiriku
merayap di sela-sela paha Mei. Jari-jariku merambah bulu-bulu
kemaluannya yang lebat dan terbenam ke lubang basah kemaluannya.
"Aaacch..", erang Mei sambil menekan kepalaku lebih erat ke dadanya.
Jari-jariku semakin keras mencengkeram buah dada Yen ketika lidahnya
yang lincah semakin mendekati batang kemaluanku yang semakin keras dan
berdenyut-denyut. Ketika lidahnya semakin lidahnya menyentuh batang
kemaluanku aku merasakan sensasi yang hebat dan mulut mungilnya itu
dengan segera menelan senjata kebanggaanku itu.
Sementara itu Mei semakin menggelinjang dan kemaluannya semakin basah
oleb banjir cairan vaginanya. Sambil terus mengulum kemaluanku Yen
melepaskan tanganku yang meremas buah dadanya. Tangan itu dituntun ke
arah selangkangannya. Tanganku segera menyapu kemaluannya yang berbulu
lebat itu dan jemariku segera tenggelam ke lubang yang sudah basah oleh
cairan vaginanya. Puas mengulum kemaluanku Yen minta buah dadanya
dikulum. Segera Mei menggantikannya mengulum kemaluanku. Erangan dan
lenguhan memenuhi ruangan. Tubuh Yen menggeletar hebat menandakan
birahinya makin menggila butuh pelampiasan. Kupikir sudah saatnya
menyetubuhi kedua wanita ini. Aku merebahkan keduanya hingga menelentang
berjejer.
"Yen duluan", bisik Mei terengah-engah.
Yen telentang dengan mata tertutup dan paha yang sudah terbuka lebar
siap disetubuhi. Aku memegang kedua pahanya dan beringsut mendekat. Mei
menempelkan kedua buah dadanya di punggungku dan lidahnya bergerilya di
seputar leher dan kupingku. Kuarahkan batang kemaluanku yang sudah keras
dan tegak. Kuusap-usap di bibir lubang kemaluan Yen. Ia mendesis dan
mulai menggelinjang, tidak sabar menanti saat-saat penetrasi. Ujung
kemaluanku perlahan-lahan mulai menguak bibir kemaluannya yang telah
basah. Mulutnya terbuka dan terdengar keluhan kecil. Aku berhenti
sejenak. Ia membuka matanya dan di saat itulah kusentakkan pantatku ke
depan.
BLES..!!
"Aaa..", Yen menjerit.
Kemaluanku yang besar dan panjang itu menerobos ke dalam lubang
kemaluannya, lancar seperti di jalan tol. Yen menghentak-hentakkan
pantatnya ke atas agar kemaluanku dapat menyuruk lebih dalam. Aku
berhenti dan membiarkan ia menikmatinya. Nikmat rasanya kemaluanku
digigit-gigit oleh dinding vaginanya. Ia mendesis-desis dan
mengerang-erang nikmat. Lalu perlahan tetapi pasti aku mulai
menggerakkan pantatku maju mundur. Erangan Yen semakin keras. Buah
dadanya bergoncang-goncang hebat seirama dengan genjotanku. Rambutnya
yang panjang terserak-serak, membuat ekspresi wajahnya yang menahankan
kenikmatan itu menjadi sangat menarik.
Aku mengatur ritme genjotanku agar ia dapat menikmatinya. Aku
mempercepat gerakan pantatku. Kenikmatan yang semakin menggila membuat
ia mencengkam kedua lenganku. Ketika ia semakin menjerit-jerit, aku
memperlambat bahkan menghentikan genjotanku. Ia mendesah-desah kecewa.
Di saat ia masih mendesah-desah, kembali aku menyentakkan pantatku dan
mengocok dengan cepat. Kembali jeritannya memenuhi ruangan itu.
"Cepat.. Cepat.." gumamnya tidak karu-karuan, "Aku mau keluar.."
Kupercepat tempo genjotanku. Tiba-tiba ia menarik tubuhku hingga rebah
sepenuhnya di atas tubuhnya. Kubenamkan wajahku di lehernya mengiringi
jeritan kenikmatan yang dilepaskannya.
"Aaahh..", jeritnya.
Tubuh montoknya itu bergetar hebat. Pantatnya dihentak-hentakkannya ke
atas. Pahanya terangkat dan membelit pantatku sehingga menyatu
sepenuhnya. Aku diam memberikan kesempatan kepadanya untuk menikmati
orgasmenya. Tubuhnya bergetar-getar diiringi desah nafas terengah-engah.
Rasanya dunia ini dilupakan kalau tidak karena desahan Mei yang
berbaring di sebelah kami. Mei ternyata sedang asyik mempermainkan
vaginanya sendiri. Kurasa ini saat yang tepat untuk menyetubuhi Mei.
Apalagi aku belum orgasme sehingga kemaluanku masih tegak.
"Sekarang giliran Mei", bisikku di telinganya.
Yen mengangguk pelan dan melepaskan pelukannya. Ia menelentang seperti
kehabisan tenaga di sebelah Mei. Aku beralih ke Mei. Kutarik tangannya.
Ia segera membuka pahanya lebar-lebar. Kemaluannya sudah basah dan
merekah, rupanya sudah tak sabar menunggu gilirannya digenjot. Aku
merayap mendekatinya. Kemaluanku masih basah dan berkilat-kilat oleh
cairan vagina Yen. Kuarahkan ujung kemaluanku ke lubang kemaluannya.
Mei memejamkan matanya sambil memegang kain seprei yang sudah
acak-acakan itu, menanti saat-saat sensasional penetrasi batang
kemaluanku. Ujung kemaluanku menyentuh bibir vaginanya dan menyeruak di
antar bibir-bibir itu mencari jalan masuk. Aku menurunkan pantatku
sedikit dan kurasakan kemaluanku mulai memasuki kemaluannya. Mei mulai
mendesah-desah. Aku menariknya keluar lagi. Ia mendesah lagi seperti
kecewa. Di saat itu aku menyurukkan kemaluanku ke dalam lobang
surgawinya.
"Aaa.." Mei menjerit keras.
Matanya membelalak. Kemaluanku kutancapkan dalam-dalam di lubang
kemaluannya. Setelah jeritannya berubah menjadi erangan, aku mulai
menggerak-gerakkan pantatku maju mundur. Kususupkan tanganku ke bawah
lengannya dan merangkul erat bahunya. Mulutku kubenamkan ke leherya yang
jenjang. Ia melingkarkan tangannya ke punggungku dan memelukku
erat-erat. Pantatnya yang bundar besar itu diputar-putar untuk
memperbesar rasa nikmat. Mulutnya terus menerus mengeluarkan desisan,
erangan dan jeritan, mengiringi sodokan-sodokan kemaluanku yang semakin
menggila. Jepitan dinding vaginanya terasa sangat nikmat.
"Lebih keras.. Lebih keras lagi.." erang Mei.
Aku memompanya semakin bersemangat. Peluh mengucur dari seluruh tubuhku,
bercampur dengan keringatnya. Aku mengangkat sedikit dadaku. Mulutku
segera menerkam buah dada kirinya yang berguncang-guncang itu. Ia
mengerang dan menekan kepalaku ke dadanya. Dari buah dada kiri aku
beralih ke kanan. Ia menceracau semakin tak menentu. Pahanya membuka dan
menutup. Kecipak cairan vaginanya semakin memperbesar nafsuku.
"Aku mau keluar", katanya terputus-putus.
"Aku juga", sahutku merasakan desakan magma spermaku yang akan memancar.
"Di dalam saja, sayang", bisiknya.
Karena ingin mencapai orgasme bersama-sama, aku meningkatkan kecepatan
genjotan kemaluanku. Mei menjerit-jerit semakin keras. Aku menggeram dan
menggigit lehernya. Ia merangkulku erat-erat. Kuku-kukunya terasa
menembus daging punggungku. Akhirnya oleh satu hentakan keras aku
membenamkan kemaluanku dalam-dalam diiringi lolongan panjang Mei
membelah udara malam. Pantatnya dihentak-hentakkan ke atas. Pahanya
terangkat membelit pinggangku seakan memeras setiap tetes spermaku
menyembur ke dalam rahimnya. Kurasakan banjir lahar spermaku deras
memancar. Aku letih, Mei juga.
Sekitar sepuluh menit aku diam membiarkan kenikmatan itu mengendur
perlahan-lahan. Lalu aku melepaskan diriku dari pelukan Mei dan
terhempas ke atas kasur empuk spring-bed Mei, tepat di antara Mei dan
Yen. Kedua wanita montok itu seperti dikomando merapat ke arahku. Buah
dada keduanya menyentuh dadaku dan paha kiri Mei serta paha kanan Yen
sama-sama membelit pahaku. Keduanya menciumku dengan lembut.
"Terima kasih, Kho", kata Yen. Aku hanya mengangguk-angguk kecil.
Setelah beberapa saat beristirahat, kami beralih ke kamar mandi dan
membersihkan tubuh. Kedua wanita itu memandikanku. Mereka menyirami
tubuhku dengan air hangat dan menggosokkan body foam. Yang menarik,
gosokan itu tidak dibuat dengan tangan tetapi dengan buah dada
masing-masing. Acara mandi erotik ini jelas memancing nafsu birahiku.
Perlahan-lahan kemaluanku mulai bangun lagi. Uh.. Sungguh acara mandi
malam yang tak terlupakan.
"Wuii.. Si ujang sudah bangun nih", goda Mei sambil mengelus kemaluanku, "Sesudah ini kita akan mulai ronde kedua", lanjutnya.
Acara mandi selesai dan kami kembali ke ruang tengah lantai bawah.
Bertiga kami tidak mengenakan sehelai benangpun. Sepenuhnya bugil.
Kupandangi dua wanita Cina yang menawan ini. Mereka lagi menuang anggur.
Yen membawa dua gelas, satu diserahkan kepadaku.
"Untuk si jantan yang berulang tahun", kata Mei, "Semoga tetap kuat perkasa,"
"Untuk Mei dan Yen", sahutku, "Semoga tetap seksi dan menawan,"
"Untuk kita bertiga", kata Yen, "Semoga jadi group seks yang kompak,"
Gila! Dunia apa yang sedang aku masuki sekarang ini? Rasanya seperti
bermimpi, tetapi ini bukan mimpi. Ini sungguh kenyataan. Mengapa menolak
untuk menikmati semua ini. Kedua wanita itu kini merapat ke tubuhku dan
memulai aksinya.
"Sekarang kita main di sini saja", kata Mei.
Aku dan Yen tidak menjawab. Setuju saja. Apa sih salahnya bersetubuh di
atas karpet lembut ruang tengah ini? Keduanya segera tenggelam dalam
aksinya masing-masing. Rabaan dan elusan disertai jilatan dan kecupan
menjalari seluruh tubuhku, mengiringi kedua tanganku yang bebas
bergerilya di setiap lekuk tubuh keduanya. Pada saat kedua tanganku
melingkar ke pantat keduanya dan merasakan betapa montok dan padat
pantat keduanya, timbul ideku untuk menyetubuhi keduanya dalam
doggy-style. Kemaluanku dengan segera tegang kembali oleh ide menarik
ini.
"Ayo, Mei dan Yen", kataku, "Sekarang kalian berlutut di lantai. Aku mau doggy-style, "
Tanpa berkata-kata kedua wanita itu saling memandang dan tertawa
mengikik. Lalu keduanya segera berlutut membelakangiku. Keduanya saling
bertaut lengan, biar bisa saling membagi kenikmatan mungkin. Pemandangan
di depanku sungguh indah. Aku memandang kedua bokong yang besar, putih,
mulus dan padat itu. Di antara paha itu nampak gundukan rambut kemaluan
masing-masing yang lebat dan hitam. Di sela-sela rambut itu nampak
bibir-bibir kemaluan yang merekah merah, siap untuk digenjot bergantian.
"Ayo Kho", kata Yen, "sudah nggak sabar nih!"
Aku mendekati dan mengelus-elus pantat keduanya. Ketika jari-jariku
mulai merayapi bibir kemaluan, keduanya mendesis serentak. Jari-jariku
menyeruak ke antara bibir-bibir vagina itu dan mempermainkan kedua
klitoris. Keduanya serentak menjerit kecil dan mendongak. Sungguh
sensasi yang indah. Kemaluanku yang sudah sekeras senapan itu kuarahkan
ke bokong Mei. Tanpa kesulitan aku menembus kemaluannya yang telah basah
licin itu.
Beberapa menit bermain dengan Mei, aku lalu beralih ke Yen. Ia pun
menjerit kecil ketika kemaluanku menerobosi lubang surgawinya.
Kukocok-kocok perlahan lalu semakin cepat. Ia mengerang semakin keras
tak terkendali. Beberapa menit aku pun beralih ke Mei. Begitu
seterusnya, sehingga kedua wanita itu semakin penasaran.
Malam semakin larut, namun untuk kami bertiga waktu tidak lagi penting.
Yang penting sekarang ialah bagaimana meraih kenikmatan bersama-sama.
Aku mulai merasa letih juga. Maka ingin kuakhiri dulu ronde kedua ini.
Aku memegang bokong Mei dan menyodoknya keras-keras. Ia menjerit keras
dan terus mengerang-erang tak karuan ketika kemaluanku bergerak lincah
keluar masuk kemaluannya. Ketika kulihat ia mencengkram keras karpet aku
tahu ia akan keluar. Aku mempercepat gerakanku dan menghentak keras.
Mei menjerit keras dan rebah ke atas karpet. Aku mengikutinya dan
beberapa saat menindihnya.
Melepaskan diri dari Mei aku beralih ke Yen yang setia menanti. Dengan
cepat aku menghujamkan senjata kebanggaanku ke dalam kemaluannya.
Seperti Mei ia pun menjerit keras. Rambutnya yang panjang itu kujambak
sehingga ia mendongak ke atas sambil terus mengerang. Bunyi pantatnya
yang beradu dengan pahaku seakan menjadi irama kenikmatan yang tak ada
duanya. Aku pun merasa akan segera orgasme. Rambutnya semakin keras
kutarik sehingga ia semakin mendongak. Pantatnya melengkung ke atas dan
buah dadanya yang besar itu berguncang-guncang, seirama dengan gerakan
pantatku.
"Aaauu, Kho" jeritnya, "Aku mau keluar!"
"Aku juga", balasku.
Serentak dengan jambakan rambutnya, mengiringi jeritan panjangnya, aku
menghentakkan pantatku keras-keras. Ia rubuh ke atas karpet ditindih
olehku. Di saat itu kurasakan deras spermaku memancar ke dalam rahimnya.
Aku letih, juga Mei dan Yen. Aku diam membatu di atas pantat Yen yang
montok. Mei merangkak mendekat dan mengelus-elus kepalaku.
Aku bangun. Yen juga. Sempoyongan ia berjalan dan duduk di sofa. Kakinya
terbuka lebar dan dapat kulihat leleran spermaku menetes dari
vaginanya. Aku menghempaskan tubuhku di samping kirinya. Kurangkul
bahunya. Mei mendekat dan duduk di sebelah kiriku. Kedua tanganku
merangkul punggung keduanya dan menggapai buah dada kanan Yen dan buah
dada kiri Mei. Kugenggam kedua buah dada itu erat-erat.
"Terima kasih Mei, terima kasih Yen", kataku, "Terima kasih untuk kado ulang tahunya, "
Keduanya menatapku, mengangguk dan tertawa gelak-gelak.
"Tidak pernah terpikir dalam hidupku dapat mengumbar nafsu dengan dua
wanita Cina yang cantik menawan, bahenol, montok dan seksi", kataku.
"Kho tak usah takut", sahut Mei, "Kami akan siap untuk Kho Ardy kapan saja,"
"Untuk lelaki sekuat Kho Ardy, Yen dan Mei akan siap selalu", timpal Yen.
Sejak peristiwa hadiah ulang tahun itu, aku jadi selalu punya wanita
yang siap melayani nafsuku. Kalau Mei lagi menstruasi, Yen pasti siap
untukku. Begitu juga sebaliknya. Namun kami juga sering berkumpul
bertiga untuk saling berbagi kenikmatan.
Sekali di rumah Mei, larut malam setelah menyetubuhi keduanya secara bergiliran, iseng aku menggoda keduanya.
"Aku sudah punya dua wanita Cina yang cantik dan seksi", kataku, "Kapan dua ini akan bertambah?"
"Kho Ardy pingin tambah lagi", kata Yen di luar dugaanku, "Mudah, Kho.
Akan Yen atur. Mau tambah satu atau dua lagi, terserah Kho Ardy aja,"
Aku terkejut dan menoleh ke Mei.
"Nggak usah khawatir", lanjut Mei, "Akan ada saatnya hadiah baru lagi.
Tapi harus hemat-hemat tenaganya. Soalnya wanita Cina itu nafsunya
gede-gede. Haha.."
Aku terkejut tetapi juga berbangga. Gimana ya rasanya kalau sekali waktu
dikerubuti empat wanita cinta yang cantik dan bahenol seperti Mei dan
Yen?
"Tapi", kataku terus menggoda, "Kalian nggak nyesal disetubuhi lelaki bukan Cina, apalagi yang berasal dari KTI sepertiku?"
"Ah", renggut Mei manja, "Tentu aja tidak. Hitung-hitung mendukung program pemerintah yakni pembauran,"
"Pembauran ada macam-macam, Kho", lanjut Yen, "Ada yang berbaur dalam
pekerjaan, rumah, profesi dan pergaulan. Untuk kita bertiga, yah berbaur
kelamin aja,"
Rating peringkat pada Google dalam artikel yang berjudul Cerita Dewasa Kado Indah Seks
9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.
Terima kasih anda telah membaca dan melihat foto video cerita artikel tentang Cerita Dewasa Kado Indah Seks , Jika posting berjudul Cerita Dewasa Kado Indah Seks merupakan artikel bermanfaat silahkan share atau berikan tanggapan anda pada kotak komentar di bawah. Sekali lagi terima kasih atas kesediaan anda membaca Cerita Dewasa Kado Indah Seks.
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment